9.3 Konsep Manusia Terbaik di Sisi Allah
Allah swt telah menetapkan aturan-aturan yang membentengi kebebasan manusia. Aturan tersebut adalah sebagai jalan kebaikan yang disediakan oleh Allah swt agar manusia menyadari keterbatasannya. Banyak aktivitas manusia terkait dengan aturan- aturan tersebut. Bahkan di dalam perjalanan kehidupan seseorang muslim atau muslimat, sepanjang itulah aturan mengikat kegiatan mereka. Sejak manusia bangun dari tidur, mengawali hari, bekarja, bermu’amalah, istirahat, ibadat mahdhah, hingga manusia mau tidur lagi, semua rangkaian kegiatan itu diikat aturan-aturan. Isi hadits ini berhubungan dengan masalah perilaku amaliyah seseorang. "Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi manusia lain". Sebagai mahluk individu manusia bertanggung jawab penuh atas segala hasil perbuatan dirinya. Tetapi, sebagai makhluk sosial, manusia dituntut menjadi individu yang bisa banyak memberi manfaat bagi individu lainnya.
Kebermanfaatan tadi tidak berhubungan dengan profesi tertentu. Ilmu yang dimanfaatkan, ilmu yang diajarkan kepada orang lain, sangat bermanfaat bagi orang yang mendapatkannya. Segala upaya penyebaran ilmu, penyampaian ilmu, baik dalam bentuk proses pendidikan, pembelajaran, maupun pelatihan, menjadi indikator kondisi kebermanfaatan seseorang di antara keberadaan orang lain. Oleh karena itu,ilmu yang bermanfaat adalah hal kedua yang masih akan mengalir hasilnya kepada orang yang telah meninggal.Satu hal yang paling rasional sebagai bentuk kebermanfaatan seseorang di dalam persitindakan dengan orang lain adalah berupa amal jariyah, amal yang terus berkelanjutan maknanya, hasilnya, manfaatnya. Amal jariyah bentuknya sangat beragam.
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas(Q.S. Al-Baqarah, 02: 212)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal(Q.S. Al-Hujuraat, 49: 13)
9.4 Indikator Kenabian sebagai Uswah Hasanah
Sebagai utusan yang ditugasi untuk menyempurnakan akhlak manusia, Nabi Muhammad saw memiliki ciri kenabian sebagai manusia yang patut menjadi contoh. Sejak sebelum masa kenabian, Muhammad telah menunjukkan ciri-ciri kebaikan akhlak tersebut. Beliau dijuluki Al-Amiin, orang yang sangat bisa dipercaya. Di samping memiliki perilaku terpercaya, Muhammad pun memiliki latar keturunan dari keluarga yang terhormat, yang terpelihara kehormatan nama keluarga dan keturunannya. Ditambah dengan perilaku terpuji yang menjadi ciri kehidupan sehari- harinya, Muhammad telah menjadi tokoh anggota masyarakat yang dihargai. Untuk melengkapi kesiapan mental dan terutama moral Muhammad, Allah swt memerintahkan Jibril untuk melakukan pembedahan, pembersihan hati Muhammad, seperti yang diceritakan dalam sejumlah kisah nubuwwah.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imran, 03: 159)
Dan sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung(Q.S. Al-Qalam, 64: 04)
9.5 Pendidikan Karakter dalm Konsep Islam
Pendidikan karakter dimulai dari rumah. Orang tua yang pertama menorehkan penanda awal ke dalam hati seorang anak. Melalui pembiasaan yang dibangun orang tualah karakter tertentu akan terbentuk dalam diri seseorang. Anak-anak yang dilahirkan dalam kondisi fitrah akan menyerap pengaruh lingkungannya sebagai bentuk simpanan data dalam memorinya. Data itu akan menjadi sumber rujukan perilakunya kelak. Pantaslah, isi hadits Nabi yang menyatakan bahwa "setiap yang dilahirkan berada pada kondisi fitrah" adalah konsep dasar pendidikan dini, yang akan berlanjut dalam bentuk pembiasaan-pembiasaan yang memberi warna perilaku, tindakan, tanggapan, cita-cita, citra, maupun anggapan-angapan yang akan dimiliki oleh seorang anak. "Orang tualah yang pertama mengarahkan anak menjadi Yahudi, Nashara, ataupun Majusi".
Dia kehendaki". Pernyataan tersebut adalah bukti kekuasaan Allah swt atas hidayah. Jika Allah swt menghendaki, siapapun akan mendapatkah hidayah Allah swt, tetapi jika Allah swt tidak menghendaki, siapapun tak memiliki kekuasaan ututk menunjukkan kebaikan, sekalipun kepada orang-orang yang sangat dicintai. Namun, di dalam semua kondisi tadi, Allah swt tetap menunjukkan bahwa ada sesuatu yang menjadi penyebab mengapa Allah swt tidak mengabulkan permohonan Nabiyullah Muhammad saw. Allah swt menunjukkan bahwa pembelajaran yang nyata bahwa di dalam hati paman Nabi ada kesombongan dan ketidakikhlasan yang kuat. Dia malu kepada kaumnya jika menyatakan diri sebagai muslim. Karakter ikhlas dan pasrah adalah kondisi yang dituntut dalam menghadapi ketentuan Allah swt.
Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)".
Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan.
Sehingga apabila
kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya,
datanglah angin badai,
dan
(apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya
semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya
jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,
pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur"Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa(alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu)
itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi,
kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus, 10: 21-23)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar