BAB 7 MANUSIA MAKHLUK PENELITI

Nama    : Tria Juliatul Rohmah
NIM      : 2302071013
Prodi     : D3 Desain Komunikasi Visual


BAB VII
MANUSIA MAKHLUK PENELITI


7.1 Dasar Kewajiban Melakukan Penelitian 

    Allah menuntut calon Nabi, Muhammad saw, untuk melakukan kegiatan pembacaan sejak awal tugas kenabiannya. Bahan iqra yang menjadi tuntutan pada saat itu adalah mengenai masalah penciptaan manusia. Perintah iqra yang dilengkapi dengan pemberitaan yang mendasar tentang penciptaan manusia telah dismpaikan oleh Allah sebagai bahan ajar pertama untuk calon Nabi. Itulah dasar penelitian yang utama. Kekuasaan Allah yang tampak di alam pengenalannya berawal dari apa yang bisa diindera oleh manusia karena posisinya jelas dan lebih dekat dengan manusia.Surat Al-Alaq, 96: 01-05, diketahui sebagai wahyu yang pertama diterima oleh Nabi Muhammad saw, yaitu seperti berikut:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah

Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-‘Alaq, 96: 01-05)


    Memulai pengamatan tentang sesuatu yang dekat, yaitu diri sendiri, menjadi tuntutan yang paling awal. Dalam salah satu hadits, Nabi menegaskan: "Man ‘arafa nafsahu ‘arafa Rabbahu" Barangsiapa mengenal tentang kondisi dirinya maka akan lebih mudah mengenal Tuhannya. Allah juga menetapkan perintah pemeliharaan diri dari keburukan api neraka dimulai dari diri sendiri, dari sesuatu yang dekat dengan diri manusia. Oleh karena itu, sebelum mencari tahu tentang sesuatu yang jauh di luar jangkauan, akan lebih baik mengolah pengetahuan yang terkait dengan hal-hal yang dekat dengan lingkungan. Ibda binafsika” perintah memulai sesuatu dari diri sendiri, sejalan dengan perintah Allah swt tentang pemeliharaan diri yang dimulai dari kondisi diri, kemudian keluarga terdekat, berlanjut menuju lingkungan yang lebih luas.

7.2 Kewajiban Meneliti dan Derajat Manusia di Sisi Allah 

    Wahyu Allah yang diturunkan pertama kepada Nabi Muhammad adalah surat Al-’Alaq ayat 01-05. Pada ayat yang kelima Allah memberi jaminan tentang pengetahuan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang mau melakukan pengiqraan, penelitian. "’Allama al-insaana ma lam ya’lam" . Pada ayat lain Allah memaksa manusia untuk selalu berusaha memperhatikan kejadian-kejadian yang ada di alam, bahkan tentang kejadian yang pernah terjadi pada masa lalu, masa manusia pertama hingga manusia-manusia kemudian. Allah menggambarkan bahwa manusia masa lalu itu lebih kuat, lebih gagah, lebih panjang usianya, sehingga peninggalannya pun lebih kentara. Piramida di Mesir, bola-bola batu asli di Amerika, lukisan raksasa di Amerika, rumah-rumah batu di Jazirah Arab, adalah sedikit bukti yang menunjukkan berita Allah. Semua itu harus menjadi bahan pelajaran bagi manusia masa kini.

7.3 Kewajiban Menerapkan Pendekatan Islami dalam Kegiatan Ilmiah

    Al-Quran adalah sumber acuan yang kebenarannya mutlak, tidak perlu diuji ulang, tidak perlu dipertanyakan. Semua isi Al-Quran telah mendapat jaminan dari Allah, Pencipta dan Pemelihara Alam serta segala isinya, tentang kebenarannya yang mutlak. Tetapi, masih banyak ummat Islam yang ragu tentang keimanannya terhadap kebenaran mutlak Al-Quran. Atau, ada sejumlah ummat Islam yang masih memiliki anggapan bahwa Al-Quran hanyalah kitab keagamaan yang tidak terkait dengan masalah duniawi, apalagi teknologi. Isi Al-Quran mencakup segala segi ilmu pengetahuan yang akan dan telah ditemukan oleh manusia. Ilmu fisika yang mempertanyakan alam dan isinya, telah bagitu jelas tercatat dalam Al-Quran bagaimana Allah mengatur semua benda alam itu dengan posisi dan kelengkapan aturan-Nya. Lahirnya ilmu-ilmu duniawi yang hebat ada pada tuntunan dan sekaligus tuntutan yang telah diceritakan di dalam isi Al-Quran. 
    
    Allah swt sengaja meninggalkan sejumlah bukti yang berkaitan dengan manusia masa lalu, yang pernah disebutkan lebih kuat dan lebih pintarSeperti pernah disinggung, sejumlah tinggalan budaya fisik yang membuka mata manusia masa setelahnya, sengaja Allah swt jaga agar masih bisa diteliti dan ditemukan data-data tentangnya. Begitupun kondisi alam yang empat belas abad yang lalu diceritakan dalam isi Al-Quran. Boleh jadi ketika Allah swt menceritakan dua samudera dengan kondisi air yang berbeda rasa, bertemu dalam satu kawasan, masing-masing membawa sifat sendiri-sendiri, tidak mau bercampur, belum bisa menyentuh rasa takjub manusia. Samudera berair tawan dan asin yang menawan itu, kin telah menjadi destinasi wisata yang sangat menarikBegitupun tentang sungai di dalam lautan, gunung aktif di dalam lautan, maupun hal lain yang di luar nalar manusia dengan ilmu pengeatahuannya. Tugas ilmuwan muslim, insya Allah bisa, adalah menemukan begitu banyak bukti nyata di lapangan tentang apa yang menjadi bahasan di dalam Al-Quran. 
    
    Itulah gerakan publik yang harus dilakukan oleh para ilmuwan muslim, yaitu menempatkan Al-Quran sebagai sumber rujukan utama semua kegiatan keilmuan masa kini. Entah «goyangan» apa lagi yang dikemukakan oleh menteri iniPadahal, pada awal pembahasan mata- mata kuliah wajib di PT umum adalah sebagai landasan keilmuan yang diharapkan bisa mewarnai keilmuan bidang studi. Kurikulum 2013 menempatkan materi keagamaan menjadi bagian bahasan awal yang menempel pada setiap memulai proses pembelajaran. Apalagi pada kurikulum masa kini yang hanya menyediakan 2 jam perkuliahan saja untuk pendalaman materi pendidikan agama. Sulit untuk mendapatkan gambaran lempang tentang pendidikan agama yang bisa mewarnai kajian-kajian bidang keilmuan setiap mahasiswaTetapi, pada masa kini, sumber belajar yang bisa diakses oleh mahasiswa sangat banyak dan beragam. Artinya, jika mahasiswa hanya bergantung kepada penyampaian materi pendidikan agama yang disampaikan oleh dosen di kelas, sungguh tidak akan mendapatkan bekal yang mencukupi.

7.4 Tuntuan Allah dalam Wahyu Pertama

    Segala ilmu yang beredar di alam ini adalah ilmu Allah swt. Sumber segala ilmu adalah yang Mahatahu, Allah swt pemilik segala ilmu pengetahuan. Allah swt menurunkan ilmu kepada manusia hanya sedikit saja. Ilmu Allah swt yang tidak diberikan pengetahuannya kepada manusia masih MahaluasOleh karena itu, pada dasarnya, setiap ilmu lahir secara Islami. Tidak ada ilmu yang sekuler. Tidak ada sistem ilmu yang mengarah kepada kekufuran. Allah swt tidak membatasi keberhasilan para pengolah ilmu berdasarkan sisi keimanannya.Sama seperti hak mendapatkan rezeki, Allah swt memberikan rezeki dan ilmu kepada semua manusia tanpa kecuali. Kata kunci terkait dengan kesempatn menguasai rezeki dan ilmu adalah mau mengelola dan berusaha mengolah rezeki dan ilmu tersebut. Yang menyebabkan ilmu «tampak» tidak Islami adalah karena sikap para ‘alim, para pengelola ilmu, para ilmuwan, yang memanfaatkan ilmu di luar jalur keridhoan Allah swt. Tentu semua itu hanya bisa didapat dengan usaha, melalui proses pengelolaan ilmu Allah swt, melalui penelitian.

7.5 Perlukah Islamisasi Sains?

    Segala ilmu yang beredar di alam ini adalah ilmu Allah. Allah menurunkan ilmu kepada manusia hanya sedikit saja. Masih Maha Luas ilmu Allah yang tidak diberikan pengetahuannya kepada manusia. Allah tidak membatasi keberhasilan para pengolah ilmu berdasarkan ketaatan para pengelola ilmu kepada Allah. Seperti rezeki, ilmu Allah ditebar di alam untuk sipapun yang mau mengelolanya. Artinya, Allah memberi kebebasan kepada siapapun untuk mendapatkan ilmu Allah, untuk memanfaatkan dan merasakan nikmat hasil mengolah ilmu Allah. Seseorang yang hanya memiliki pengakuan beriman kepada Allah, tetapi tidak pernah mempunyai semangat juang untuk mengelola ilmu Allah, posisinya secara keduniawian, berada di bawah orang-orang yang sungguh-sungguh memiliki semangat untuk mengolah ilmu Allah. Keberimanan, termasuk amal shalih sebagai bentuk pernyataan eksistensi iman di dalam diri seseorang, sangat memerlukan dukungan ilmu. Beriman tanpa berilmu, lebih banyak dipenuhi perilaku taqlid, ikut-ikutan, membebek. Di dalam Al-Quran disebutkan gambar perilaku para pembebek sebagai orang-orang yang patuh dan taat kepada sistem «aabaauhum». Pola perilaku ini lebih bersifat ikut-ikutan tanpa dasar pengetahuan, hanya erpedoman kepada «bagaimana para pendahulu melakukan sesuatu».
    
    Ilmu Allah adalah ilmu yang Islami. Semua hasil olahan ilmu Allah, pada awal pengolahan dan hasilnya, mengusung sifat Islami. Tetapi, pemanfaatan hasil olahannya yang kerap menyimpang dari sifat utama ilmu Allah, karena perilaku manusia penggunanya. Tak ada sesuatu yang dihalangi oleh Allah dalam penggunaannya, oleh siapa pun ilmu itu dikelola. Bidang-bidang ilmu yang selama ini dianggap sebagai ilmu sesat, pada dasarnya adalah ilmu Allah juga yang disediakan sebagai penyeimbang dan cobaan bagi manusia. Selanjutnya dia juga menulis beberapa penggal rumusan tadi bisa kita manfaatkan untuk menemukan jawaban, siapakah praktisi sains itu. Sebagai Muslim dan Muslimat, tidak mungkin akan menyatakan bahwa ilmu Allah swt tidak Islami. Yang tidak Islami, yang perlu pengislaman adalah para pelakunya, ilmuwan, praktisi sains. Ibarat sebuah senjata, pada awalnya hanya sebagai benda yang tidak memiliki ‘nyawa’, tak berbahaya, sama seperti kertas, kayu, daun, bunga, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEDIA INFORMASI

Nama      : Tria Juliatul Rohmah NIM         : 2302071013 Prodi        : D3 Desain Komunikasi Visual POSTER PPDB  MAN 2 BANYUWANGI         P...